Ketentuan Puasa Ramadhan beserta pengertian dan tata caranya. - CHEAP CAR INSURANCE
K

Ketentuan Puasa Ramadhan beserta pengertian dan tata caranya.

9 Min Read
0 0

Ketentuan Puasa Ramadhan

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan tiba, maka itulah saatnya
Anda sebagai umat Muslim akan menjalankan puasa selama 30 hari penuh. Tidak
hanya sekedar melaksanakan ketentuan puasa Ramadhan
dalam artian menahan lapar dan haus. Anda juga diwajibkan membatasi diri untuk tidak
melakukan aktivitas yang dapat membatalkan.

Sebaliknya, Anda sangat disarankan untuk memperbanyak
amalan sholeh. Seperti Anda ketahui bahwa bulan Ramadhan sangat istimewa karena
amalan sholeh akan dilipat gandakan pahalanya. Dengan demikian, inilah waktu
yang tepat bagi Anda untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Namun, sebelum
memasuki bulan Ramadhan, ada baiknya Anda memahami berbagai ketentuannya.

Pengertian puasa Ramadhan

Pengertian puasa Ramadhan

Sebagai umat muslim yang beriman, Anda tentu sudah
mengetahui bahwa puasa Ramadhan merupakan rukun iman keempat. Dikarenakan
kedudukannya sebagai rukun iman, maka Anda wajib untuk menjalankan ibadah puasa
Ramadhan. Melalui pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan, ini artinya Anda sudah
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan aspek hablum minallah.

Akan tetapi, berpuasa juga mempunyai keterkaitan dengan aspek hablum minanas. Jadi, selain meningkatkan kualitas ketaqwaan Anda terhadap perintah Allah SWT, melalui puasa hubungan antar sesama manusia juga menjadi lebih erat. Sebagai contoh, ketika Anda berpuasa maka akan timbul beberapa sikap positif.

Diantaranya yaitu munculnya rasa simpatik serta
kebersamaan, semangat untuk saling tolong menolong dan berlatih menjaga
perasaan orang lain. Berdasarkan uraian ini, dapat disimpulkan bahwa puasa
ramadhan adalah ibadah wajib yang harus dilakukan oleh umat muslim. Disini,
puasa sebagai pewujudan dari rukun iman, pengamalan aspek hablum minallah dan
hablum minanas.

Terdapat beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang mengatur soal ketentuan puasa Ramadhan serta menegaskan ibadah ini wajib dilaksanakan. Firman Allah SWT tersebut diantaranya adalah surat Al-Baqarah ayat 183 serta 185, Supaya lebih mudah dalam memahami maksud ayat tersebut, berikut ini adalah terjemahan ke dalam bahasa Indonesia.

Q.S. Al-Baqarah ayat 183:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa.”

Q.S Al-Baqarah ayat 185:

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang
siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”

Rukun puasa Ramadhan

Rukun puasa Ramadhan
  • Niat

Sebelum melakukan puasa Ramadhan, Anda harus mengawalinya dengan mengucapkan niat baik secara lisan maupun dalam hati. Niat menjadi bagian yang amat penting dan menentukan sah atau tidaknya puasa beserta ibadah lainnya di bulan Ramadhan. Saking pentingnya, Rasulullah SAW sampai mengatur aspek ini dalam sebuah hadist yang diriwayatkan kepada jamaah berikut ini.

Sesungguhnya amal tergantung dari niat, dan setiap
manusia hanya memperoleh apa yang diniatkannya
.”

Ketentuan puasa Ramadhan yang bersangkutan dengan niat memang penting. Oleh sebab itu, Anda juga perlu mengetahui kapan waktu yang diwajibkan untuk mengucapkannya. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh 5 orang perawi dari Hafsah, waktu pengucapan niat berpuasa adalah sebelum fajar tiba. Adapun bunyi terjemahan hadist yang mengatur soal niat puasa yaitu sebagai berikut:

“barang siapa tidak berniat berpuasa sebelum
fajar, tak ada puasa baginya.”

Niat merupakan rukun puasa Ramadhan yang wajib Anda
lakukan. Akan tetapi, mengenai kapan waktu pengucapannya hingga kini masih ada
beberapa versi dari berbagai mahdzab yang ada. Menurut mahdzab Maliki,
pernyataan niat melakukan ibadah puasa cukup dilakukan satu kali saja. Proses
pengucapannya bisa dilaksanakan pada malam pertama bulan Ramadhan.

Sebaliknya, pandangan berbeda justru dikemukakan oleh
mahdzab Syafii, Hanafi dan Hambali. Menurut ketiganya, niat untuk beribadah
puasa mesti dilafalkan pada setiap malam selama bulan Ramadhan. Lalu, waktu
pengucapannya dapat dilakukan setelah matahari terbenam hingga sebelum
terbitnya matahari. Sekedar mengingatkan, di bawah ini adalah lafadz niat puasa
beserta artinya.

Niat puasa Ramadhan versi mahdzab Syafii, Hanafi dan
Hambali:

“Nawaitu shouma ghodin ‘an adaa-i fardhi syahri
romadhoona haadzihis sanati lillaahi ta ‘aala”

(Aku berniat puasa esok hari
menunaikan kewajiban Ramadhan tahun ini karena Allah Ta’ala.”
)

Niat puasa Ramadhan versi mahdzab Maliki:

“Nawaitu sauma syahri ramadana kullihi lillahi
ta’aalaa.”

(“Aku berniat berpuasa sebulan Ramadhan ini
karena Allah ta’ala.”)

  • Menahan diri dari berbagai hal yang membatalkan

Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan wujud ketaqwaan Anda
kepada Allah SWT. Saat sedang menjalankan ibadah rukun iman keempat ini, Anda
diwajibkan untuk menahan diri dan tidak diperkenankan melakukan beberapa hal. Diantaranya
meliputi makan, minum, marah, bersetubuh dsb. Kesengajaan dalam melakukan
tindakan tersebut, maka membuat puasa Anda menjadi batal.

Namun, bagi pasangan suami istri terdapat ketentuan puasa Ramadhan yang secara khusus mengatur
pola hubungan mereka. Jika Anda sudah bersuami maupun beristri berhubungan
intim di bulan Ramadhan memang tidak diperbolehkan. Tetapi, aturannya hanya
berlaku setelah fajar hingga malam menjelang. Persoalan ini diatur dalam firman
Allah SWT yaitu surat Al-Baqarah ayar 187.

Syarat wajib puasa Ramadhan

Maksud dari syarat wajib ini adalah kondisi seseorang yang
sudah memasuki usia tertentu sehingga diwajibkan untuk berpuasa. Syarat yang
pertama adalah berakal, ini artinya puasa harus dilakukan bagi Anda yang waras
dan bisa berpikir logis. Sebaliknya, kewajiban berpuasa akan gugur apabila
seseorang tersebut gila maupun dalam kondisi koma atau tidak sadarkan diri.  

Disamping berakal, Anda juga harus memenuhi syarat wajib
lainnya yaitu baligh. Adapun beberapa tanda bagi pria maupun wanita ketika
sudah mencapai kondisi baligh. Bagi pria biasanya ditandai dengan keluarnya air
mani baik itu dalam kondisi sadar maupun sedang bermimpi. Kemudian, tanda
lainnya adalah tumbuhnya rambut di sekitar area kemaluan.

Sementara itu, bagi wanita tanda-tanda kondisi baligh
adalah berupa haid dan kehamilan. Lalu, masih ada syarat wajib berpuasa yang
kedua yaitu kuat mengerjakannya. Artinya bila Anda dalam keadaan sakit dan
berpuasa berpotensi mendatangkan beban dan membuat penyakit lebih parah, maka
boleh tidak puasa. Selain itu, bagi Anda yang sedang bepergian jauh juga boleh
tidak melakukannya.

Ketentuan puasa Ramadhan yang berhubungan
dengan syarat wajib ini dipertegas dalam surat Al-Baqarah ayat 185. Adapun
terjemahan dari firman Allah SWT tersebut adalah sebagai berikut:

“…barangsiapa yang dalam keadaan sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain…”

Syarat sah puasa Ramadhan

Syarat sah puasa Ramadhan

Terdapat beberapa syarat yang akan menjadikan ibadah puasa
Anda sah. Syarat pertama dan paling utama tentu saja Anda beragama Islam.
Selanjutnya, persyaratan yang kedua adalah Anda harus bisa membedakan mana baik
dan burut atau disebut juga Mumayiz. Kemudian, khusus wanita terdapat syarat
tambahan yaitu suci dari haid dan nifas.

Jadi, apabila Anda adalah wanita dan dalam kondisi haid
maupun nifas maka diperbolehkan tidak berpuasa. Namun, Anda tetap mempunyai
kewajiban untuk mengganti jumlah hari tidak menjalankan ibadah puasa. Secara
khusus, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim persoalan ini telah
diatur.

Dari Mu’adzah dia berkata, Saya bertanya kepada Aisyah
seraya berkata, ‘Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak
mengqadha’ shalat?’ Maka Aisyah menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah?
‘ Aku menjawab, ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia
menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk
mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat.”

Hal-hal yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa

  • Bepergian jauh

Ketentuan puasa Ramadhan memperbolehkan Anda
yang sedang melaksanakan perjalanan jauh untuk tidak berpuasa. Selama tujuan
dari perjalanan Anda tersebut adalah bukan untuk melakukan kemaksiatan. Akan
tetapi, sama seperti kasus pada wanita haid maupun hamil, dalam kondisi ini Anda
juga wajib mengganti puasa di lain waktu.

Islam sendiri mengatur mengenai ketentuan berpuasa bagi
Anda seorang musafir. Aturan tersebut terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 184
yang terjemahannya adalah sebagai berikut:

“(Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.
Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu dia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain.

  • Berusia lanjut

Bagi Anda yang berusia lanjut, maka berpuasa sebenarnya
tidak disarankan. Islam memang memberikan toleransi terhadapa kondisi ini.
Dikarenakan apabila Anda tetap berpuasa, maka dikhawatirkan akan berdampak pada
penurunan kesehatan. Selain itu, Anda juga tidak perlu menggantinya di lain
waktu. Tindakan yang perlu dilakukan hanyalah mengeluarkan sejumlah fidyah.

Ketentuan puasa Ramadhan mengenai
diperbolehkannya orang berusia lanjut untuk tidak berpuasa diatur dalam surat
Al-Baqarah ayat 184. Adapun bunyi dari dalil firman Allah SWT tersebut dapat
dilihat pada terjemahannya di bawah ini.

“Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu), memberi
makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui.”

  • Dalam keadaan sakit

Jika Anda dalam keadaan sakit tetapi bisa sembuh lagi, maka
boleh tidak berpuasa tetapi harus menggantinya. Sebaliknya, apabila penyakit
yang Anda derita cukup parah dan kemungkinan sembuh kecil, maka tidak
berkewajiban untuk menggantinya. Akan tetapi, kewajiban tersebut dialihkan
menjadi pembayaran sejumlah fidyah bila mampu.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud
dan Al-Baihaqi, Rasulullah SAW mengatur ketentuan puasa
Ramadhan. Hadist ini secara khusus membahas mengenai ketentuan berpuasa
bagi mereka yang dalam kondisi sakit. Berikut adalah bunyi terjemahan dalil
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh sahabat tersebut.

Maka ditetapkanlah kewajiban puasa bagi setiap orang
yang mukim dan sehat dan diberi rukhsah (keringanan) untuk orang yang sakit dan
bermusafir dan ditetapkan cukup memberi makan orang miskin bagi orang yang
sudah sangat tua dan tidak mampu puasa.”

  • Wanita menyusui dan hamil

Saat masa kehamilan dan menyusui, wanita memang membutuhkan
banyak asupan nutrisi. Oleh karena itu, Islam memberikan keringanan wanita
dalam keadaan ini untuk tidak berpuasa. Tetapi, mereka tetap dibebankan
kewajiban untuk menggantinya di kemudian hari. Tidak hanya sekedar itu,
pembayaran fidyah juga harus tetap mereka lakukan.

Aturan yang memperbolehkan wanita hamil dan menyusui ini
terdapat dalam salah satu hadist. Hadist tersebut adalah firman Allah SWT
melalui Rasulullah SAW yang diriwayatkan kepada sahabatnya yaitu Abu Dawud. Di
bawah ini adalah bunyi dari terjemahan hadist Rasulullah SAW tersebut.

Wanita yang hamil dan wanita yang menyusui apabila
khawatir atas kesehatan anak-anak mereka, maka boleh tidak puasa dan cukup
membayar fidyah memberi makan orang miskin “
 (HR. Abu Dawud).

Sunnah-sunnah dalam menjalankan ibadah puasa

  • Sahur

Sunnah pertama yang mesti Anda lakukan sebelum melaksanakan
ibadah puasa adalah sahur. Kegiatan ini dilakukan pada akhir malam meski hanya
seteguk dengan air saja. Tujuan Anda melakukan aktivitas sahur adalah agar
memiliki energi atau kekuatan untuk menjalankan puasa. Sebaiknya, sahur Anda
akhiri sebelum terbitnya matahari sesuai dengan perintah Rasulullah SAW.

Sahur itu suatu berkah. Maka janganlah kamu
meninggalkannya, walaupun hanya dengan meneguk seteguk air, karena sesungguhnya
Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas orang yang bersahur.”
(HR. Ahmad)

  • Segera berbuka puasa

Apabila waktu berbuka puasa telah tiba, maka berdasarkan ketentuan puasa Ramadhan Anda disunnahkan untuk segera
membatalkan puasa. Ada beberapa jenis makanan yang disarankan untuk Anda
konsumsi ketika berbuka. Diantaranya adalah kurma, makanan yang manis atau
boleh hanya meminum air putih saja. Rasulullah SAW mengatur persoalan ini dalam
sebuah hadist yang berbunyi:

“Apabila seseorang diantara kalian berbuka,
maka hendaklah ia berbuka dengan korma. Jika ia tidak memperoleh korma,
hendaklah ia berbuka dengan air, karena air itu bersih dan membersihkan.” (HR.
Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Sulaiman bin ‘Amir)

  • Membaca niat berbuka puasa

Niat merupakan aspek penting yang harus Anda perhatikan dalam menjalankan ibadah puasa.

Selain niat yang dibacakan sehabis shalat tarawih dan
sesudah sahur, Anda juga disunnahkan membaca niat berbuka puasa. Adapun bunyi
dari lafadz niat buka puasa yang sering diucapkan oleh ummat muslim yaitu
sebagai berikut:

Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa ‘alaa rizqika
afthartu birahmatika ya arhamarrohimin.

(“Ya Allah bagi Engkau aku berpuasa dan dengan Engkau
beriman aku dengan rezeki Engkau aku berbuka dengan rahmat Engkau wahai yang
Maha Pengasih dan Penyayang.”)

  • Menjaga lisan dan perbuatan

Ketentuan puasa Ramadhan lainnya juga
menyarankan Anda supaya menjaga lisan. Selain lisan, Anda juga sebaiknya
menjaga perbuatan agar tidak menjurus ke arah maksiat. Apabila terlanjur
melakukannya maka segeralah memohon ampun dan bertaubat. Tujuannya agar tidak
terjerumus ke perilaku kemaksiatan lebih dalam.

  • Memperbanyak amalan shaleh

Bulan Ramadhan merupakan momen yang istimewa bagi ummat
Islam. Dikarenakan pada bulan inilah segala amalan yang Anda lakukan akan
dilipat gandakan pahalanya. Oleh sebab itu, Anda diharuskan untuk melaksanakan
beberapa amalan wajib seperti sholat 5 waktu dan puasa itu sendiri. Selain
amalan wajib, Anda juga disunnahkan untuk melakukan beberapa ibadah.

Amalan sunnah yang bisa dilakukan adalah membaca, menghayati dan mengamalkan Al-Qur’an, melaksanakan sholat tarawih, tahajud dan witir. Selain itu, Anda juga sebaiknya sering melakukan i’tikaf di masjid terlebih waktu malam Lailatul Qadar. Jangan lupa juga untuk memberikan hak kaum dhuafa dari sebagian harta Anda.

Sekian pembahasan Ketentuan Puasa Ramadhan, silahkan disebarluaskan, semoga membawa manfaat bagi kita semua.

Ayo bergabung dengan komunitas pondokislam.com dan dapatkan MP3 Al-Quran 30 Juz yang menyejukkan hati.

Categorized in:

Trả lời