Kisah Nabi Zakaria Dari Lahir Sampai Wafat [Complete] - CHEAP CAR INSURANCE
K

Kisah Nabi Zakaria Dari Lahir Sampai Wafat [Complete]

9 Min Read
0 0

Nabi Zakaria

Pendidikan dalam Islam tentu sangat erat kaitannya dengan sejarah serta kisah para Nabi dan Rasul. Umat Islam diharapkan mampu mengambil hikmah dari setiap kisah yang menceritakan kehidupan maupun mukjizat dari Nabi dan Rasul tersebut. Kisah dapat dimaknai sebagai media untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia yang digunakan Allah dan diambil dari ayat dan surat-surat al-Qur’an.

Kisah dari Nabi dan Rasul
tersebut umumnya mengandung unsur akidah, ibadah, dan akhlak sehingga diharapkan
mampu memberikan pesan kepada kaumnya disamping juga untuk dijadikan pedoman
bagi umat Muslim. Kisah Nabi Zakaria yang akan dibahas di bawah ini tentunya
bermuatan nilai-nilai yang dapat merubah akhlaq Umat Islam menjadi lebih baik
dengan meniru akhlaq  Nabi Zakaria yang
terpuji.

Riwayat Singkat Nabi Zakaria A.S.

Nama Zakaria disebut dalam Al Kitab dan juga Al-Quran sebanyak 8 kali. Menurut riwayat, ia diangkat sebagai nabi tepatnya pada tahun 2 SM, tepatnya pada saat ia berusia Sembilan puluh tahun dan ditugaskan untuk memperbaiki kaum Bani Israil di Palestina.

Nabi Zakaria memiliki seorang
putra semata wayang yang bernama Yahya yang nantinya juga diangkat menjadi
nabi. Sepanjang hidupnya, Nabi Zakaria sangat mendambakan seoarang anak yang
nantinya akan menjadi pewarisnya.

Zakaria memiliki saudara kandung bernama Imran dengan seorang wanita bernama Elisabeth. Riwayat lain menuturkan bahwa istrinya bernama Al-Yashbi’ dimana ia masih merupakan keturunan dari Harun Nabi Zakariya, jika ditelaah lebih dalam lagi, maka dapat dikatakan bawha ia masih memiliki garis keturunan dengan Nabi Sulaiman.

Zakaria diutus sebagai Nabi

Zakaria diutus sebagai Nabi

Ketika diangkat sebagai nabi pada usia Sembilan puluh tahun, ia berdoa siang dan malam tanpa henti dan memohon kepada Allah agar dapat dikaruniai seorang anak yang nantinya akan dapat meneruskan dakwahnya khususnya pada Bani Israil. Nabi Zakaria sangat khawatir akan kondisi kaumnya sepeninggal dirinya jika kelak ia tidak memiliki keturunan untuk melanjutkan tugasnya sebagai Nabi.

Nabi Zakaria sangat khawatir jika Bani Israil akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan kemungkaran dan kemaksiatan, terlebih-lebih jika umatnya berkemungkinan untuk mengubah syariat Musa dengan menambah atau mengurangi isi kitab Taurat sesuai dengan kehendak mereka.

Kisah Nabi Zakaria A.S. dan Maryam binti
Imran

Kisah Nabi Zakaria A.S. dan Maryam binti Imran

Nama Maryam seringkali disebut
dalam berbagai kisah Zakaria. Ia merupakan anak tunggal dari Imran, seorang ulama
dan tokoh pemuka agama dalam lingkungan Bani Israil. Disisi lain Ibu dari
Maryam merupakan saudara ipar dari Nabi Zakaria.

Dikisahkan, Ibu dari Maryam
merupakan seorang perempuan yang mandul sehingga sejak menikah dengan Imran ia
sama sekali belum pernah merasakan kebahagiaan karena dapat melahiran seorang
anak. Ia merasakan kesedihan dan kesepian yang mendalam karena persoalan
tersebut.

Ia berharap dapat diberikan
keturunan karena ia menganggap nahwa dengan lahirnya seorang anak, maka kondisi
keluarganya juga akan semakin harmonis. Disamping itu, ia juga membutuhkan anak
sebagai sosok yang dapat menepiskan duka serta membawa suka dalam kehidupan
berkeluarga.

Suatu ketika ia melihat seekor
burung sedang memberi makan anaknya, melihat kejiadian tersebut lantas
membuatnya sangat bersedih dan iri hari. Dilain waktu ia diperlihatkan pada
seorang ibu yang sedang mengandung, persitiwa tersebut juga semakin membuat ia
sedih dan terus membuatnya ingin segera dikaruniai seorang anak.

Waktu terus berganti, disisi
lain usianya juga semakin tua, namun keinginan untuk memiliki keturunan tak
juga kunjung dikabulkan. Berbagai cara telah ia coba dan beribu nasihat telah
ia lakukan, namun tetap saja tak kunjung membuahkan hasil.

Setelah semua upaya dan daya seorang
makhluk telah dilakukan, akhirnya isteri Imran menyadari bahwa semua daya dan
upaya berasal dari kehendak Allah, dimana ia merupakan tempat satu-satunya dimana
semua mahkluk seharusnya berharap. Maka ia bertekad membulatkan harapannya
hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan
hati.

Nabi Zakaria bernazar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya dikabulkan, maka ia akan mengikhlaskan anaknya untuk dijadikan pelayan, penjaga, serta mengabdikan sepenuhnya jasa anaknya pada rumah suci Baitul Maqdis. Karena keikhlasannya, ia sama sesekali berencana untuk tidak mengambil manfaat dari anaknya berdasarkan kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.

Sebagai bentuk kepasrahannya
terhadap Allah, maka segala usaha dan upayanya pun tak sia-sia. Allah telah
menerima permohonannya serta mengabulkan doanya sesuai dengan apa yang telah
disuratkan dalam takdir-Nya, yaitu bahwa akan diturunkan seorang nabi besar
dari keturunan Imran.

Tak lama kemudian, mucullah
tanda-tanda kehamilan yang dirasakan oleh isteri Imran yaitu dengan semakin
tampak membesarnya perut yang menandakan sudah munculnya janin di dalamnya.

Melihat karunia itu, isteri
Imran merasa sangat bahagia karena keinginan yang begitu ia idam-idamkan akan
menjadi kenyataan, ditambah lagi dengan kondisi rumah tangganya yang akan
semakin haromis berkat kehadiran buah hatinya tersebut. Ia pun mulai
memeprsiapkan sebaik mungkin apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan
datang itu sembari menunggu proses persalinan datang.

Namun sebelum hari bahagia itu datang, isteri Imran kembali diberi cobaan oleh Allah. Imran, sang suami yang sangat dicintai dan sayanginya, serta orang yang selama ini menemaninya berdoa dan berharap, tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra’il sehingga meninggalkan istrinya yang sedang berada dalam kondisi hamil tua.

Rasa sedih menimpa isteri
Imran akibat ditinggal suami yang disayangi bercampur dengan rasa sakit dan
letih yang dirasakannya karena proses kelahiran bayi yang dinantikannya. Tak
lama kemduain, akhirnya bayi yang diidam-idamkan dapat lahir dengan kondisi
selamat. Namun munucul sedikit kekecewaan dari raut muka si ibu karena tidak
sesuaianya harapan akan jenis kelamin bayi yang dilahirkannya.

Kekecewaan tersebut muncul
akibat lahirnya seorang bayi dengan jenis kelamin perempuan, padahal saat itu
sang ibu sangat mengharapkan bayi yang dilahirkannya adalah laki-laki.
Disamping itu ia juga telah bernazar akan putra yang dinantikannya kelak telah
dijanjikan untuk dihebahkan kepada Baitul Maqdis.

Dengan nada kecewa sang ibu
mengadu kepada Allah sambil berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan
seorang puteri, sedangkan aku bernazar akan menyerahkan seorang putera yang
lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis”. Kemudian Allah menjadikan
Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai wali yang akan senantiasa
menjaganya.

Maka dari itu, selanjutnya
Maryam diserahkan kepada pengurus Baitulmaqdis. Melihat kondisi itu, para rahib
kemudian memperebutkan Maryam untuk diasuh dan diawasi. Melihat kondisi yang
semakin riuh karena perebutan hak asuh tersebut, maka terjadilah proses
pengundian yang akhirnya jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah
kepada ibunya.

Nabi Zakaria A.S. Mengasuh Maryam

Nabi Zakaria A.S. Mengasuh Maryam

Setelah diputuskan bahwa
Maryam akan diasuh oleh Zakaria, maka tugas pun menanti. Zakaria ditugaskan
untuk menjaga keselamatan Maryam, sehingga ia perlu untuk dilindungi serta
dijauhkan dari keramaian masyarakat yang saat ini tengah datang ke Baitul
Maqdis untuk melihat Maryam. Maryam diberikan tempat tinggal yang berlokasi
dilantai atas Baitul Maqdis sehingga sangat sulit untuk dijangkau.

Zakaria mensyukuri
pencapaiannya setelah menerima hak asuh atas Maryam. Ia sangat merasa bahagia
dan beruntung akan tugasnya mengawasi dan memelihara Maryam secara sah
menigngat Maryam adalah anak saudaranya sendiri.

Disamping itu, ia juga
berusaha menghilangkan kerinduan akan anak keturunannya yang tak kunjung
dianugerahkan oleh Allah kepadanya dengan menganggap Maryam sebagai putrinya
sendiri. Setiap waktu Zakaria menjenguk, melihat keadaan, serta mengurus segala
keperluan Maryam sehari-hari. Tidak pernah sedikitpun Zakaria lalai dan meninggalkan
tugasnya dalam mengurus Maryam.

Rasa cinta dan kasih sayang Nabi Zakaria terhadap Maryam sebagai anak dari saudara isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim ketika Zakaria menyadari bahwa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis pada umumnya, melainkan ia merupakan wanita pilihan Allah yang diberikan amanat serta kedudukan mulia di masa depan.

Peristiwa yang membuat Zakaria berubah pandangan terhadap Maryam adalah ketika suatu hari Zakaria datang mengunjungi Maryam, namun ia mendapati Maryam sedang berdzikir dan bersujud kepada Allah. Melihat hal tersebut ia kemudian kaget dan tercengang. Ditambah lagi dengan kondisi buah-buahan yang tergeletak di hadapan Maryam namun Maryam tak juga tergoda untuk memakannya.

Saat itu pula ia mulai bertanya
dalam hati perihal asal muasal datangnya buah-buahan yang sudah tergeletak di
hadapan Maria. Sementara musim sedang berada pada musim dingin, bukan musim
panas yang dapat menghasilkan buah-buahan semacam itu. Disamping itu, tak
seorang pun yang datang menjenguk Maryam dan membawakan buah-buahan tersebut
selain Zakaria.

Lantas Zakaria pun bertanya
pada Maryam, “Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini, padahal
tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan
mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan yang hanya bisa muncul
pada musim panas”.

Sepintas kemudian Maryam
menjawab, “Inilah pemberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta. Lantas
mengapa engkau merasa heran? Bukankah Allah dzat yang maha memberi?”. Akibat
peristiwa tersebut, Zakaria mengakui kealiman dan mukjizat Maryam yang kemudian
hari akan melahirkan nabi besar yaitu Nabi Isa AS.

Dalam Al-Quran, kisah kelahiran Maryam hingga periode diasuhnya dia oleh Zakaria dijelaskan dan digambarkan pada Al-Quran surat Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.

Nabi Zakaria Mendambakan Seorang Anak

Pada suatu hari datanglah seorang
wanita janda yang sebelumnya merupakan istri dari Imron kepada Nabi Zakaria.
Janda tersebut berniat menyerahkan bayi perempuannya yang bernama Maryam pada
Nabi Zakariya untuk diasuh dan dibesarkan sesuai dengan nazarnya.

Namun kejadian tersebut
memunculkan persoalan, yaitu terkait siapa orang yang berhak mengurus maryam.
Untuk memecahkan kebuntuan tersebut, maka diberlakukanlah pengundian. Proses
pengundian dilakukan dengan melemparkan pena ke dalam bejana yang telah terisi
air di dalamnya. Barangsiapa memiliki pena yang dapat mengapung, maka orang
itulah yang berhak mengurus Maryam.

Setelah masing-masing imam
melemparkan penanya kedalam bejana, selanjutnya dapat diketahui hasilnya dan dapat
ditentukan siapa yang berhak mengurus Maryam. Ternyata pena Nabi Zakariya-lah
yang mengapung sehingga beliau berhak menjadi ayah asuh Maryam, disamping itu semua
kebutuhan Maryam juga ditanggung oleh Nabi Zakariya.

Namun kemudian rasa sayang
Nabi Zakariya pada Maryam berubah menjadi rasa takjub karena sebuah persitiwa
tertentu. Suatu hari Nabi Zakaria menjenguk Maryam dan dikagetkan oleh
munculnya buah-buahan yang hanya dapat tumbuh ketika musim panas di dekat
mihrab Maryam, padahal saat itu musim dingin. Namun dengan tegas Maryam
menjelaskan bahwa semua buah-buahan itu berasal dari Allah.

Mendengar jawaban tersebut, sontak Nabi Zakariya takjub dan tergetar. Mengingat bahwa ia tak kunjung dianugerahi anak, lantas saat itu juga ia bermunajat kepada Allah dan memohon agar dikaruniai anak. Saat itu juga turun firman Allah SWT melalui melalui malaikat Jibril bahwa Nabi Zakariah akan segera dikaruniai anak bernama Yahya, dengan muculnya tanda yaitu ia tak bisa bicara selama 3 hari 3 malam.

Zakaria Berdoa Kepada Allah agar
Mendapatkan Keturunan

Pada suatu malam Zakaria bermunajat
kepada Allah dan memanjatkan doa, “Ya Tuhanku, berikanlah aku seorang putera yang
akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari keluarga Ya’qub, yang akan
meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Isra’il”.

Zakaria cemas apabila kelak ia tidak memiliki keturunan yang dapat meneruskan tugasnya yaitu memperbaiki keadaan Bani Israil sehingga dapat menyebabkan kerusakan aqidah dan iman kaum tersebut.

Sepintas kemudian, Allah
Mengabulkan dengan ditandai turunnya firman Allah, “Wahai Zakaria, kami sampaikan
kabar gembira padamu, kamu akan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama
Yahya yang shaleh dan membenarkan kitab-kitab Allah, menjadi pemimpin, menahan
diri dari nafsu dan godaan syaitan, dan kelak akan menjadi seorang Nabi.”

Kemudian Nabi Zakaria berkata:
“Ya Allah, bagaimana aku dapat memperoleh keturunan sedang istriku seorang yang
mandul dan akupun sudah lanjut usia.” Allah berfirman: “Hal demikian itu adalah
mudah bagi-Ku. Tidakkah telah Ku-ciptakan kamu, sedangkan waktu itu kamu tidak
ada sama sekali.”

Akhirnya Zakaria memiliki keyakinan penuh dengan janji Allah. Tak lama kemudian istrinya mengandung dan melahirkan anak lelaki dan kemudian diberi nama Yahya. Seperti yang dijanjikan Allah, kelak Yahya juga akan menjadi seorang nabi seperti sang ayah, Nabi Zakaria.

Kelahiran Nabi Yahya A.S.

Apabila ditinjau dari garis
keturunan dan silsilah, maka dapat dikatakan bahwa Nabi Yahya A.S. yang juga
memiliki ayah yaitu Nabi Zakaria A.S. berasal dari Bani Israil. Namun sangat
disayangkan karena pada saat itu Bani Israil dikenal sebagai kaum yang tidak
beradab dan gemar bermaksiat karena kedangkalan iman mereka.

Nabi Zakaria khawatir apabila
suatu waktu ajal menjemputnya, namun tidak ada keturunan yang dapat melanjutkan
perjuangannya dalam memperbaiki akhlaq Bani Israil sehingga mereka akan semakin
berani melakukan tindakan menyimpang, salah satunya merubah isi kandungan kitab
suci Taurat dan menyalahgunakan hukum agama.

Kekhawatiran demi kekhawatiran
terus mengusik pikiran Nabi Zakaria, ditambah lagi kepiluan bertubi-tubi akibat
tak juga kunjung diberikan keturunan mengingat usianya saat itu telah menginjak
90 tahun.

Sesekali ia merasa terhibur
dengan hadirnya Maryam yang sudah dianggap sebagai anak kandungnya sendiri,
namun kesedihan tersebut kembali muncul dan keinginan akan memperoleh keturunan
tetap kuat terpendam di dalam hatinya.

Namun tekad Nabi Zakaria tetap kuat dan teguh, ditambah lagi dengan peristiwa akan mukjizat hidangan makanan di mihrab Maryam. Ia yakin bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah mengingat peristiwa yang menunjukkan kuasa Allah kepada Maryam lewat hidangan-hidangan yang dimunculkan dihadapan Maryam tersebut. Namun Keyakinannya terbayar lunas ketika Nabi Yahya dilahirkan di bumi.

Sekian pembahasan Kisah Nabi Zakaria, silahkan disebarluaskan, semoga membawa manfaat bagi kita semua.

Ayo bergabung dengan komunitas pondokislam.com dan dapatkan MP3 Al-Quran 30 Juz yang menyejukkan hati.

Categorized in:

Trả lời