Kisah Nabi Harun Dari Lahir Sampai Wafat [Complete] - CHEAP CAR INSURANCE
K

Kisah Nabi Harun Dari Lahir Sampai Wafat [Complete]

9 Min Read
0 0

Nabi Harun

Di antara Nabi yang wajib diimani oleh umat Islam, Nabi Harun adalah salah satunya. Ia merupakan Nabi yang selalu dikaitkan dengan Nabi Musa. Salah satu alasannya adalah karena keduanya masih terhitung bersaudara. Keduanya diutus oleh Allah untuk berdakwah dan membela kebenaran. Serta mengajarkan ajaran yang baik kepada sekalian umat Bani Israel.

Memahami sejarah dan kisah hidup Nabi Harun tidak kalah penting untuk dilakukan. Sehingga, selain mengimani manusia juga harus mengambil pelajaran dan tauladan darinya. Dengan demikian, manusia akan senantiasa memperbaiki diri sehingga menjadi manusia yang lebih baik lagi lewat teladan para Nabi. Berikut ini adalah beberapa kisah Nabi Harun yang tercatat di dalam khazanah Islam.

Kisah Nabi Harun Sebagai Juru Bicara Nabi
Musa         

Kisah Nabi Harun Sebagai Juru Bicara Nabi Musa

Nama Harun sendiri setidaknya
disebutkan sebanyak 20 kali di dalam kitab suci Al-Qur’an. Ia memiliki nama
lengkap Harun Bin Imran Bin Qahats Bin Azar Bin Lawi Bin Ya’qub Bin Ishak Bin
Ibrahim. Harun lahir terlebih dahulu dibandingkan Musa. Empat tahun sesudah
Nabi Harun lahir, barulah Nabi Musa dilahirkan dari rahim yang sama. Sehingga,
ia merupakan kakak dari Nabi Musa.

Harun adalah salah satu Nabi
yang diciptakan oleh Allah untuk menemani dan membantu Nabi Musa di dalam
menegakkan ajaran Allah. Diangkat Nabi Harun menjadi seorang Rasul adalah pada
tahun 1450 an SM. Ia ditugaskan untuk melakukan dakwah dan memberi peringatan
kepada Fir’aun dan juga Bani Israil di Mesir.

Nabi Harun dilahirkan sebagai
seseorang yang sangat pandai dalam berbicara. Di samping itu, ia juga memiliki
pendirian yang sangat tegas dan berani. Sehingga, ia bersama Nabi Musa akan
menyampaikan ajaran dan dakwah kepada para raja yang sesat dan menyimpang.
Bahkan, kelebihannya dalam berbicara diakui oleh Nabi Musa dalam sebuah
riwayat.

Ia pun dinobatkan sebagai juru bicara Nabi Musa. Dijadikannya Nabi Harun sebagai juru bicara tentu saja bukan tanpa alasan. Pada suatu ketika, ada kejadian tertentu yang membuat lidah Nabi Musa menjadi kelu dan tidak dapat berbicara dengan fasih. Karena saat Fir’aun menyuruh Musa untuk memilih antara api dan juga roti, Allah memberikan petunjuk untuk memilih api agar ia selamat dari Fir’aun.

Dengan hadirnya Nabi Harun,
maka ia menjadi sangat meringankan beban dakwah yang diemban oleh Nabi Musa.
Bahkan, Nabi Harun sering membantu dan menggantikan posisi Nabi Musa untuk
memimpin umat. Salah satu sosok yang pernah dihadapi oleh Nabi Harun adalah
Fir’aun yang merupakan ayah angkat Nabi Musa.  

Kisah
Nabi Harun dan Nabi Musa Menghadap Fir’aun

Kisah Nabi Harun dan Nabi Musa Menghadap Fir’aun

Pada suatu ketika, karena miris melihat Bani Israel yang di bawah belenggu kedzaliman, maka Nabi Musa dan Nabi Harun hendak melakukan dakwah dan memberikan peringatan kepada Fir’aun. Nabi Harun pun merasa sangat bergembira karena Bani Israil akan segera bebas dan dikeluarkan dari Mesir. Mereka berharap Allah akan menyelamatkan dan memberikan kekuatan kepada mereka.

Ketika mereka sedang
memberikan suatu peringatan kepada Fir’aun, ia justru mengolok dan mengejek
keduanya. Fir’aun merasa sangat kesal karena Nabi Musa yang dirawatnya sejak
kecil justru membuat onar dan melarikan diri. Kemudian, ketika Nabi Musa
berusaha untuk mengajak Fir’aun kepada agama dan kebaikan, Fir’aun justru
mengingkari semua hal tersebut.

Bahkan, Fir’aun pun menegaskan
bahwa rasul yang ditugaskan untuk memberikan suatu dakwah dan peringatan
merupakan orang-orang gila. Dan Fir’aun sama sekali tidak percaya dengan Nabi
Musa. Kemudian meminta suatu bukti kepadanya sehingga kerasulan Musa bisa
diakui. Menuruti permintaan dari Fir’aun, Nabi Musa pun langsung melemparkan
sebuah tongkat.

Ketika tongkat tersebut
dilempar, maka ia langsung berubah menjadi ular. Dan saat Nabi Musa mengulurkan
tangannya kepada sang ular tersebut, ia pun kembali menjadi sebuah tongkat. Dan
saat Musa memasukkan tangan ke saku bajunya, maka muncullah warna putih berkilau
yang memukau.

Menyaksikan hal tersebut
Fir’aun menuduh bahwa Nabi Musa sedang melakukan sihir dan ia termasuk golongan
penyihir. Namun, Nabi Musa dan Nabi Harun sama sekali tidak menyerah. Akhirnya,
merekapun diadu bersama dengan banyak penyihir. Namun, saat Nabi Musa tampil,
semua orang terheran-heran. Menariknya, semua orang pun bersedia mengakui bahwa
apa yang dilakukan Nabi Musa bukanlah sihir.

Menyaksikan hal tersebut, para
penyihir yang ada mengakui mukjizat Nabi Musa dan dilapangkan hatinya untuk
memohon ampun kepada Allah. Melihat hal semacam ini, Fir’aun merasa geram dan
dendam. Namun, keimanan para penyihir tersebut sangat kuat dan tidak
terpengaruh sama sekali.

Kisah
Nabi Harun dan Samiri

Pada suatu hari, Nabi Musa,
Nabi Harun beserta rombongannya tengah melakukan perjalanan ke suatu negeri.
Negeri tersebut dikenal dengan negeri Kan’an. Di tengah perjalanan, mereka
semua melewati bukit yang diberi nama bukit Sinai. Di atas bukit tersebut, Nabi
Musa hendak menerima wahyu dari Allah. Hal ini disebutkan di dalam Al-Qur’an QS
Al-A’raf: 142.

Wahyu yang diterima oleh Nabi
Musa berupa Kitab Taurat yang ia terima selama 40 hari. Ketika Nabi Musa
meninggalkan kepemimpinannya, ia merasa khawatir akan apa yang terjadi nanti.
Salah satu kekhawatiran ia ia miliki adalah jika seandainya kaum Bani Israil
membuat suatu kerusakan jika di negeri tersebut tidak ada yang memimpin. Karena
itulah, ia memberi amanat kepada Nabi Harun untuk memimpin.

Namun, di tengah perjalanan
menggantikan Nabi Musa memimpin Bani Israil, Nabi Harun menghadapi permasalahan
yang tidak dapat ia atasi. Semua kaum Bani Israil membantu sebuah patung sapi
berbahan dasar emas. Hal ini dilakukan atas bujukan dan pengaruh seseorang
yang  bernama Samiri. Adapun
perhiasan-perhiasan emas yang dipakai tersebut asalnya adalah dari perhiasan
yang mereka bawa.

Melihat hal tersebut, Nabi
Harun sesungguhnya sudah mengingatkan mereka. Hal ini ia lakukan selama
berkali-kali namun tetap saja tidak membuahkan hasil. Kaum Bani Israil tetap
saja menyembah patung sapi emas yang mereka buat sendiri. Nabi Harun pun terus
memberi peringatan kepada mereka bahwa jika hal itu terus dilanjutkan, maka
Allah akan murka kepada kaum Bani Israil itu sendiri.

Peringatan dan berbagai usaha
yang dilakukan Nabi Harun ternyata sama sekali tidak didengarkan oleh kaum Bani
Israil. Hingga tiba waktunya Nabi Musa kembali ke lokasi kaumnya di gunung
Sinai. Nabi Musa pun marah besar saat melihat kaumnya kembali menyembah
berhala. Selain marah kepada kaumnya, ia juga marah kepada Nabi Harun karena
dianggap tidak bisa menjaga amanah yang ia berikan.

Karena merasa kecewa kepada
Nabi Harun yang tidak lain adalah kakaknya, Nabi musa pun memegangi kepada dan
juga janggutnya seraya berkata:

“Hai Harun, apa yang sudah
menghalangi saat engkau menyaksikan bahwa mereka telah sesat? (QS Taaha: 92)”
Untuk mengikuti perjalananku ke gunung Sinai bersama dengan kaum yang beriman,
apakah engkau memilih untuk melanggar perintahku dengan kesengajaan?”(QS Taaha:
93).

Mendengar hal tersebut,
akhirnya Nabi Harun pun menjawab:

“Wahai engkau yang menjadi
putra ibuku. Jangan kau ambil janggut dan juga rambutku. Aku merasa takut jika
engkau nantinya akan mengatakan, engkau telah memecah kaum Bani Israil dan
tidak lagi mengindahkan apa yang aku katakan’’ (QS Thaaha: 94).

Kemudian Nabi Harun pun
menjelaskan bahwa ia sudah memberikan peringatan kepada kaum Bani Israil.
Namun, mereka tetap membangkang bahkan akan hampir membunuhnya. Setelah itu, ia
juga menjelaskan bahwa yang memicu kaumnya adalah pengaruh dari Samiri. Dengan
demikian, salah faham antara Nabi Musa dan Nabi Harun berakhir.

Selanjutnya, Nabi Musa pun
mendatangi Samiri dan menanyakan alasan mengapa ia melakukan hal tersebut.
Setelah Samiri memberitahu alasannya, Nabi Musa pun menghacurkan seluruh patung
yang dibuat hingga sama sekali tak tersisa. Sedangkan sisa reruntuhannya
dibuang ke lautan.

Sesudah kejadian tersebut,
Allah pun memberitahukan kepada Nabi Musa bahwa Nabi Harun sudah berusaha untuk
menghentikan mereka. Namun sama sekali tidak membuahkan hasil. Akhirnya, Nabi
Musa merasa tenang karena saudaranya tidak melakukan perbuatan syirik tersebut.

Kembalinya
Umat dan Hilangnya Kesalahpahaman Nabi Musa kepada Nabi Harun

Pada akhirnya, Nabi Musa pun
sadar bahwa Nabi Harun atau saudaranya tersebut telah menjalankan tugas dengan
sebaik mungkin. Sehingga, ia pun memohon ampan kepada Allah atas kesalahan
dirinya dan saudaranya itu. Sedangkan Samiri yang telah mengajak umatnya
menyimpang akhirnya diusir dan tidak diperbolehkan lagi untuk bergaul dengan
kaumnya.

Karena ulahnya, Samiri pun
terkena suatu kutukan bahwa apabila dirinya disentuh ataupun menyentuh manusia,
maka tubuhnya akan merasa panas. Itu menjadi siksaan yang akan ia alami baik di
dunia maupun di akhirat nanti. Dan akhirnya ia akan masuk neraka. Sesaat
sesudah itu, Nabi Musa pun memberikan perintah kepada kaumnya untuk bertaubat kepada
Allah dengan penuh kesungguhan.

Dari beberapa kaumnya, ada
sekitar 70 orang terbaik diajaknya ke suatu gunung. Gunung tersebut bernama
gunung Thursina. Mereka oleh Allah diajak untuk memohon suatu ampunan karena
kaumnya telah melakukan suatu dosa besar. Mereka berharap akan mendapatkan
rahmat dan ampunan dari Allah yang Maha Pengampun Dosa.

Ketika mereka telah sampai di
atas gunung, mereka menemui awan yang sangat tebal. Merekapun memasuki awan
tersebut sembari bersujud kepada Allah. Beberapa saat kemudian, mereka pun
mendengarkan percakapan Nabi Musa dengan Allah. Sesaat sesudah itu, mereka pun
berkeinginan untuk melihat Allah langsung menggunakan mata kepala mereka
sendiri.

Sesudah percakapan antara Nabi
Musa dengan Allah selesai, mereka pun berkata bahwa enggan beriman kepada Allah
jika belum melihatNya secara jelas dan kasat mata. Tiba-tiba, ada halilintar
yang menyambar dengan keras dan mematikan mereka semua. Menyaksikan hal itu,
Nabi Musa merasa sangat sedih karena nasib yang menimpa kaumnya. Karena mereka
sesungguhnya adalah orang-orang yang terbaik.

Kemudian, Nabi Musa pun
memohon kepada Allah agar berkenan menghidupkan mereka kembali dan mengampuni
dosa yang telah diperbuat. Allah pun menjawab doa Nabi Musa dan meminta
orang-orang tersebut agar menjadikan Kitab Taurat sebagai pegangan hidup.
Mereka juga diwajibkan untuk selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi
laranganNya.

Kisah
Nabi Harun dan Pemberontakan Korah

Nabi Harun dan juga Nabi Musa
memiliki seorang sepupu yang bernama Korah Bin Yizhar Bin Kehat Bin Lewi.
Sepupunya tersebut mengajaj anak anak Eliab, On Bin Pelet, Abiram dan Datan
serta orang-orang yang lain untuk memberontak kepada Nabi Musa dan Nabi Harun. Mirisnya,
pemberontakan tersebut melibatkan pemimpin-pemimpin umat dan juga 250 an orang
Israel.

Kesemua orang yang memberontak
tersebut masih tergolong orang yang ternama. Kemudian ketika mereka berkumpul
di hadapan Musa dan Harun seraya mengatakan bahwa mereka berdua adalah orang
yang selalu meninggikan diri di bawah jama’ah Tuhan. Sebenarnya, hal itu
dilakukan lantaran Korah iri dengan diri Harun. Antara kedua belah pihak
berdiri di sisi-sisi yang berbeda.

Bekumpulkan kedua kelompok
menjadi dua sisi tersebut adalah atas perintah dari Allah. Dimana Nabi Musa
menyerahkan semua keputusan kepadaNya. Akhirnya, bumi pun menjadi terbelah,
tepatnya ada di bawah kelompok Korah. Sesudah itu, bumi pun membuka mulutnya
kemudian menelan orang-orang tersebut. Tidak hanya itu, rumah mereka pun juga
ikut tertelan.

Bumi menutup kehidupan mereka
karena ditenggelamkan bak orang yang sudah mati. Hal ini terjadi karena tingkah
dari mereka sendiri yang semena-mena dan berbuat kedzaliman. Kemudian,
keluarlah api besar yang langsung dikirimkan oleh Allah pada kala itu, Api
tersebut memakan semua orang yang ada di sana, termasuk 250 orang Israel yang
turut memberontak kepada Nabi Musa dan Nabi Harun.

Keesokan harinya, semua rakyat
dan umat merasa sangat heran kepada Nabi Musa dan Nabi Harun. Sesaat setelah
itu, turunkan wahyu dari Tuhan yang memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun
untuk menuju ke tengah-tengah umat. Dan akhirnya mereka mengadakan suatu
perdamaian kepada semua bangsa.

Kisah
Wafatnya Nabi Harun

Nabi Harun dan Nabi Musa tidak
diperkenankan untuk masuk ke kawasan tanah Kan’an. Hal itu disebabkan karena
keduanya pernah melakukan suatu kesalahan di kawasan mata air Meriba yang
lokasinya ada di kota kadesh. Mereka pun keluar dari kawasan Kadesh untuk menuju
ke suatu tempat. Hingga, tibalah mereka di salah satu gunung yang dikenal
dengan nama gunung Hor di kawasan perbatasan Edom.

Kala itu, Nabi Harun pun
menaiki gunung tersebut bersama dengan Nabi Musa dan salah seorang putranya
yang bernama Eleazar. Hal ini mereka lakukan sebagaimana yang diperintahkan
oleh Allah. Sesaat sesudah itu, Nabi Musa pun melepaskan pakaian yang dikenakan
oleh Nabi Harun. Kemudian memakaikannya kepada putra Nabi Harun.

Kemudian, Nabi Harun pun
menghembuskna nafas terakhirnya di puncak gunung Hor tersebut. Lalu, Nabi Musa
bersama dengan Eleazar pun kembali dan turun dari gunung tersebut. Berita
mengenai kematian Nabi Harun pun terdengar olah semua umat dan jamaah.
Mendapati bahwa Nabi Harun telah mati, bangsa Israel pun menangisinya bahkan
hingga mencapai 30 hari sesudah kematiannya.

Nabi Harun dipanggil oleh
Allah tepat 40 tahun setelah bangsa Israel keluar dari kawasan Mesir. Dan
berdasarkan kepada kepercayaan Islam, makam Nabi Harun terletak di kawasan
gunung Harun. Lokasi ini tergolong sangat dekat dengan Petra yang terletak di
Yordania. Ini merupakan tempat yang suci bagi para penduduk di sana dan masih
termasuk puncak tertinggi yang ada di kawasan itu.

Kisah semasa hidup Nabi Harun memberikan berbagai pembelajaran kepada umat manusia. Dari Nabi Harun, bisa diambil pembelajaran mengenai kesabaran, kegigihan dan keikhlasannya di dalam berjuang. Sehingga, ini bisa dijadikan sebagai salah satu tauladan bagi seluruh umat saat ini.

Sekian pembahasan Kisah Nabi Harun, silahkan disebarluaskan, semoga membawa manfaat bagi kita semua.

Ayo bergabung dengan komunitas pondokislam.com dan dapatkan MP3 Al-Quran 30 Juz yang menyejukkan hati.

Categorized in:

Trả lời