Hari raya Idhul Fitri adalah momen yang paling ditunggu oleh seluruh kaum Muslim di dunia setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Hari raya Idhul Fitri adalah saat dimana dosa-dosa umat muslim diampuni. Pahala dan keberkahan yang melimpah pun bisa umat Muslim dapatkan dengan melakukan sunnah Nabi pada Idhul Fitri.

Pengertian Sunnah nabi pada Idhul Fitri

Pengertian Sunnah nabi pada Idhul Fitri

Sunnah secara etimologi (bahasa) artinya adalah jalan atau riwayat hidup, yang baik ataupun buruk. Sunnah menurut istilah para ulama Muslim adalah “petunjuk yang dijalani oleh Rasululloh dan para sahabat. dalam ilmu, amalan, keyakinan, ucapan, dan juga perbuatan”.

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali menyatakan bahwa sunnah adalah jalan yang dilewati, termasuk berpegang teguh pada sesuatu yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW dan juga Al-Khulafa Ar-rasyidun. Jalan ini berupa keyakinan, amalan, dan juga ucapan. Itulah bentuk sunnah yang sempurna.

Sunnah Rosul adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, ataupun penetapan dari Nabi Muhammad SAW dan ditujukan sebagai syariat bagi umat Islam. Orang yang menghidupkan sunnah Rosul akan mendapatkan keutamaan yaitu:

  1. Pahala (keutamaan) karena mengamalkan sunnah itu sendiri.
  2. Pahala (keutamaan) karena menghidupkannya di tengah-tengah manusia yang sudah melupakannya.

6 Jenis Sunnah Nabi pada Idhul Fitri

6 Jenis Sunnah Nabi pada Idhul Fitri

Ada 6 jenis adab atau amalan sunnah yang sebaiknya dilakukan oleh seorang Muslim saat hari raya Idhul Fitri. Jika amalan ini dilakukan, maka seorang Muslim akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari Alloh SWT.

  • Sunnah Mandi Sebelum Berangkat Sholat Idhul Fitri

Sunnah Nabi pada Idhul Fitri yang pertama adalah mandi di pagi hari sebelum berangkat sholat Idhul Fitri. Anjuran ini datang dari sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Ali bin Abi Thalib. Beliau pernah mendapatkan pertanyaan tentang mana mandi yang paling utama. Kemudian Beliau menjawab sesuai dengan keterangan hadits berikut ini:

“Mandi pada hari Jum’at, hari ‘Arafah, hari Idul Adha dan Idul Fithri.” (HR. Al-Baihaqi, 3: 278. Syaikh AlAlbani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Lihat Al-Irwa’, 1: 177)

Ada juga riwayat lain yang datang dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma yaitu:

Dari Nafi’, (ia berkata bahwa) ‘Abdullah bin ‘Umar biasa mandi di hari Idul Fithri sebelum ia berangkat pagi-pagi ke tanah lapang. (HR. Malik dalam Al-Muwatho’ 426. Imam Nawawi menyatakan bahwa atsar ini shahih)

Para ulama sepakat bahwa mandi sebelum shalat Idhul Fitri adalah sebuah sunnah. Dianjurkan untuk mandi sebelum pergi sholat Idhul Fitri karena pada waktu itu adalah sebuah momen berkumpulnya banyak orang, sama seperti saat sholat Jumat. Islam menganjurkan setiap umatnya untuk menjaga kebersihan, termasuk kebersihan diri.

Dengan mandi terlebih dahulu sebelum berangkat Sholat Idhul Fitri, maka seorang Muslim dianggap senantiasa menjaga kebersihan yang merupakan sebagian dari iman, dan juga menghormati orang lain yang ikut sholat Idhul Fitri.

  • Berhias Diri serta Memakai Pakaian yang Terbaik

Imam Bukhari dalam Adab Al-Mufrad meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW mempunyai baju khusus yang digunakan di hari Jumat dan juga di saat Beliau menyambut tamu. Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad memiliki jubah khusus yang digunakan saat hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan juga hari Jumat sebagai berikut:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fithri dan Idul Adha, juga untuk digunakan pada hari Jum’at.” (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya, 1765)

Namun, berhias di hari raya Idhul Fitri ini juga ada ketentuannya. Sunnah Nabi pada Idhul Fitri yang benar adalah mengenakan pakaian yang pantas bagi laki-laki. Sedangkan bagi perempuan sebaiknya tidak berhias berlebihan, karena justru merupakan sebuah dosa yang harus dihindari.

Riwayat lain menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menolak usulan dari sahabat Umar radhiyallahu ‘anhu. Saat itu Umar radhiyallahu ‘anhu pernah mengambil jubah berbahan sutera di pasar. Ketika itu, Nabi Muhammad SAW datang, dan kemudian Umar berkata kepada Rasululloh:

“Wahai Rasululloh. Belilah pakaian seperti ini lantas kenakanlah agar engkau bisa berpenampilan bagus saat ‘ied dan menyambut tamu”

Mendengar tawaran dari sahabat Umar ra, Nabi Muhammad SAW kemudian menjawab:

“Pakaian seperti ini membuat seseorang tidak mendapatkan bagian di akhirat” (Hadits riwayat Bukhari no. 948).

Adanya hadits di atas menunjukkan bahwa kaum Muslim tidak boleh sembarangan berhias saat hari raya Idhul Fitri. Jelas Nabi Muhammad melarang menggunakan pakaian yang berbahan sutera. Nabi Muhammad tidak mempermasalahkan berpenampilan bagus dan rapi saat hari raya Idhul Fitri, namun jangan sampai menggunakan pakaian dari bahan tersebut.

  • Sunnah Makan Sebelum Pergi Sholat Idhul Fitri

Umat Muslim yang telah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan disunnahkan untuk makan terlebih dulu sebelum pergi sholat Idhul Fitri. Sunnah Nabi pada Idhul Fitri ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dalam H.R. Ahmad berikut ini:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan sebelumnya beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Makan sebelum pergi sholat ‘ied adalah sebuah pertanda bahwa hari itu bukan lagi hari puasa Ramadhan. Selain itu, makan di pagi hari sebelum sholat ‘ied juga sebagai pertanda bahwa pada hari itu diharamkan untuk umat Muslim berpuasa.

Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan bahwa perintah disunnahkannya makan lebih dulu di rumah sebelum berangkat sholat ‘ied bertujuan agar tidak disangka ada tambahan puasa lagi. Kemudian, maksud lainnya adalah untuk mensegerakan melakukan perintah dari Alloh SWT.

Anak bin Malik radhiyallahu ‘anhu juga menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak akan pergi keluar rumah untuk sholat ‘ied sebelum Beliau makan beberapa buah kurma terlebih dulu. Keterangan ini dimuat dalam hadits riwayat Bukhari sebagai berikut:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar pada hari Idul Fithri (ke tempat shalat, pen.) sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Bukhari, no. 953)

Jadi sebagai umat Muslim kita disunnahkan pula untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ini. Jika ada, sebaiknya kita terlebih dulu makan buah kurma dengan jumlah yang ganjil. Namun jika tidak ada, kita bisa memakan makanan yang lain, asalkan makanan tersebut jelas halal baik dari segi bahannya atau cara mendapatkannya.

  • Bertakbir dari Rumah Sampai ke Tempat Sholat Ied

Sunnah Nabi pada Idhul Fitri berikutnya adalah mengumandangkan takbir mulai dari rumah ketika akan pergi sampai tiba di masjid tempat sholat ‘ied. Meskipun kumandang tabir diperdengarkan mulai dari malam sebelum hari raya Idhul Fitri, namun kita juga disunnahkan untuk membaca takbir saat berjalan menuju masjid.

Adanya anjuran sunnah untuk mengumandangkan takbir dari rumah sampai ke masjid tempat sholat ‘ied termuat dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah sebagai berikut ini:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari raya Idul Fithri sambil bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 2/1/2. Hadits ini mursal dari Az-Zuhri namun memiliki penguat yang sanadnya bersambung. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 171. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih).

Perintah bertakbir sendiri juga dimuat dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 yang menunjukkan bahwa umat Muslim harus mengumandangkan takbir sejak bulan Ramadhan berakhir. Takbir haru dimulai dari malam Idhul Fitri hingga imam datang untuk memimpin sholat ‘ied.

Lantas bagaimana bacaan takbir yang dianjurkan? Sa’id bin Manshur dan juga Ibnu Abi Syaibah menjelaskan bahwa Ibnu Mas’ud bertakbir dengan membaca:

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. (artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya).

Takbir di atas menggunakan lafazh “Allahu Akbar” sebanyak dua kali. Sedangkan Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan bahwa dengan sanad yang sama, dilakukan penyebutan sebanyak tiga kali takbir. Jadi, disini dua atau tiga kali takbir sama-sama diperbolehkan.

Syaikhul Islam juga menjelaskan bahwa jika seorang Muslim mengucapkan lafazh “Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar” itu juga sudah cukup dan diperbolehkan. Bacaan takbir sebaiknya dikumandangkan dengan keras atau menjaherkan. Ketentuan ini berdasarkan kesepakatan empat ulama mahzab yang termuat dalam kitab Majmu’ah Al-Fatawa 24:220.

  • Saling Mengucapkan Selamat kepada Sesama Muslim

Sunnah Nabi pada Idhul Fitri berikutnya adalah saling mengucapkan selamat atau tahniah. Ucapan selamat ini sebaiknya dalam bentuk doa seperti Taqabbalallahu minna wa minkum (semoga Alloh menerima amalan kami dan kalian). Ucapan ini sudah dikenal sejak zaman salaf dahulu.

Jenis ucapan selamat hari raya Idhul Fitri sebenarnya tidak diberi aturan ketat dalam syariat agama Islam. Ucapan apapun asalkan niatnya tidak keliru bisa dipakai. Kita bisa menggunakan beberapa contoh ucapan selamat sebagai berikut:

  • ‘Ied mubarak artinya semoga menjadi hari raya Idhul Fitri yang penuh berkah.
  • Minal ‘aidin wal faidzin artinya semoga kembali dan meraih kemenangan.
  • Kullu ‘aamin wa antum bi khair artinya semoga di sepanjang tahun terus berada dalam kebaikan.
  • Selamat hari raya Idhul Fitri
  • Sunnah Melewati Jalan Pergi dan Pulang yang Berbeda

Dalam hadits riwayat Bukhari disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW ketika hari raya Idul Fitri, beliau membedakan antara jalan yang dilalui untuk pergi dan juga pulang. Tujuannya adalah agar banyak bagian bumi yang menjadi saksi amalan yang dilakukan oleh Beliau. Bumi sendiri akan menjadi saksi kelak di akhirat terhadap apa saja yang dilakukan oleh manusia, seperti firman Alloh yang artinya:

Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (QS. Al-Zalzalah : 4)

Sunnah Nabi pada Idhul Fitri ini selain bertujuan agar bumi bisa menjadi saksi atas amalan yang dilakukan oleh manusia, melewati jalan yang berbeda saat akan berangkat dan pulang sholat ‘Ied juga dilakukan agar kita bisa lebih banyak menyapa orang yang bermukim di sekitar jalan. Saat bertegur sapa tersebut, ada amalan lain yang bisa dilakukan yaitu saling mengucapkan selamat hari raya Idhul Fitri.

Hukum Sholat ‘Ied

Ada 2 sholat yang sangat istimewa dalam Islam yaitu Sholat Idhul Fitri dan Sholat Idhul Adha. Kedua sholat ini dilakukan saat hari besar umat Islam tiba. Hukum menjalankan sholat Idhul Fitri bagi umat Muslim adalah fardhu ‘ain. Hukum fardhu ‘ain artinya wajib dilakukan bagi seluruh umat Islam yang telah memenuhi syarat dan jika ditinggalkan akan mendapatkan dosa.

Nabi Muhammad SAW senantiasa menjalankan sholat ‘Ied. Bahkan Beliau menyuruh umat Muslim untuk menghadirinya. Para wanita yang sedang berhalangan (haid) pun juga sampai disuruh untuk datang ke tempat sholat ‘Ied, namun tidak sampai mendekati tempat sholat. Nabi Muhammad juga menyuruh perempuan yang tidak memiliki jilbab untuk dipinjami jilbab, sehingga ia bisa datang ke tempat sholat.

Begitu pentingnya sholat ‘Ied ini menunjukkan betapa besar pahala yang akan diraih jika seseorang melakukannya dengan sungguh-sungguh. Waktu sholat ‘Ied sendiri mulai dari setelah terbit matahari di hari raya Idhul Fitri hingga waktu tergelincirnya matahari (waktu dhuha).

Selain itu, ada juga tuntunan lain yaitu sunnah untuk mengakhirkan sholat ‘Ied. Tujuannya agar umat Muslim bisa mendapatkan kesempatan menunaikan kewajiban zakat fitrah yang wajib dibayarkan di akhir bulan Ramadhan untuk membersihkan diri dari seluruh dosa-dosa yang telah diperbuatnya.

Jika hari raya Idul Fitri jatuh pada hari jumat. Maka Sholat ‘Ied bisa menggantikan sholat Jumat. Jadi bagi laki-laki Muslim yang telah menunaikan sholat ‘Ied, maka ia tidak perlu menunaikan sholat Jumat. Sholat ‘Ied disunnahkan untuk dilakukan di tanah lapang, kecuali jika ada berbagai halangan seperti hujan atau angin kencang. Maka sholat ‘Ied bisa dilakukan di masjid.

Hal-Hal yang Haram Dilakukan Saat Idhul Fitri

Hal-Hal yang Haram Dilakukan Saat Idhul Fitri

Selain perlu untuk memahami apa saja sunnah Nabi pada Idhul Fitri seperti yang sudah dijelaskan di atas, sebagai umat Muslim, kita juga harus memahami hal-hal apa saja yang diharamkan dilakukan saat hari raya Idhul Fitri ini. Ada 9 kemungkaran yang bisa saja dilakukan oleh umat Muslim antara lain:

  1. Berhias dengan cara mencukur jenggot bagi kaum laki-laki.
  2. Menjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.
  3. Berpakaian atau bertindak yang menyerupai orang-oranag kafir seperti dalam hal pakaian, mendengarkan musik, atau kemungkaran-kemungkaran lainnya.
  4. Memasuki rumah wanita yang bukan mahromnya bagi laki-laki.
  5. Wanita memamerkan kecantikannya kepada orang lain yang bukan mahrom atau wanita keluar rumah untuk ke pasar atau tempat lain dengan memamerkan kecantikannya.
  6. Mengkhususkan diri berziarah kubur hanya pada hari raya Idhul Fitri saja. Selain itu, haram juga membagi-bagikan makanan, duduk di kuburan, bercampur baur antara perempuan dan laki-laki, wanita tidak berhijab, dan juga meratapi orang-orang terdahulu yang sudah meninggal dunia.
  7. Berfoya-foya dan berlebih-lebihan dalam merayakan hari raya Idhul Fitri serta tidak mengundang manfaat apapun.
  8. Meninggalkan sholat Idhul Fitri di masjid tanpa alasan kuat yang dibenarkan oleh syariat agama Islam. Sedangkan ada juga golongan orang-orang yang mencukupkan hanya pada sholat ‘Ied saja, dan lalai melakukan sholat wajib atau sholat Jumat.
  9. Menghidupkan malam Idhul Fitri dengan kegiatan yang tidak bermanfaat atau bermaslahat bagi umat. Mereka beralasan menuruti hadits “Barangsiapa menghidupkan malam hari raya Idhul Fitri dan Idhul Adha, maka hatinya tidak akan mati di hari banyak hati mati” yang menurut banyak ulama adalah hadits daif.

Cara Menghidupkan Malam Idhul Fitri yang Benar

Cara Menghidupkan Malam Idhul Fitri yang Benar

Meskipun ada yang beranggapan bahwa hadits yang menganjurkan untuk menghidupkan malam Idhul Fitri adalah hadits daif, namun sebagian ulama berpendapat bahwa amalan yang dilakukan pada malam menjelang Idhul Fitri ini tidak ada keburukannya. Hal ini berlaku selama seorang Muslim beribadah kepada Alloh SWT, bukan melakukan kegiatan yang membuat lalai terhadap tuhannya.

Pendapat pertama menyatakan bahwa menghidupkan malam Idhul Fitri dapat dilakukan dengan menggunakan mayoritas waktu malam untuk beribadah. Kemudian pendapat kedua menyatakan bahwa cukup beribadah sesaat saja di malam hari raya Idhul Fitri, seperti kebiasaan para masyayikh di Kota Madinah.

Pendapat ketiga yang dikutip oleh Al-Qadhi Husain dari Ibn Abbas RA menyatakan bahwa keutamaan menghidupkan malam hari raya didapatkan dari shalat isya’ berjamaah dan kemudian esok harinya juga melakukan sholat subuh berjamaah.

Jadi, malam hari raya Idhul Fitri bisa dihidupkan dengan kegiatan yang bermanfaat dan mendatangkan pahala seperti beribadah dzikir, takbir, doa, sholat sunnah, atau ibadah lainnya. Jangan kemudian menggunakan momen malam hari raya untuk melakukan kegiatan yang banyak mengandung mudharat seperti pesta pora, konvoi, dan lain sebagainya yang membuat lalai terhadap Alloh SWT.

Keutamaan Hari Raya Idhul Fitri

Keutamaan Hari Raya Idhul Fitri

Makna Idhul Fitri berdasarkan etimologi berasal dari kata “Id” yang artinya kembali, sedangkan “fitri” bisa diartikan sebagai buka puasa untuk kegiatan makan atau bisa juga diartikan suci. Makna Idhul Fitri berdasarkan etimologi tersebut adalah hari raya dimana umat muslim kembali berbuka atau makan. Karena itulah salah satu sunnah Nabi pada Idhul Fitri adalah makan sebelum berangkat sholat ‘ied.

Berdasarkan pengertian kata “Fitri” yang berarti suci, maka Idhul Fitri bisa diartikan sebagai kembalinya kaum muslim kepada keadaan suci, atau bebas dari segala dosa dan noda sehingga mencapai keadaan kesucian. Hal ini bisa terjadi setelah umat Muslim berhasil memenangkan perang melawan segala macam hawa nafsu selama bulan Ramadhan. Idhul Fitri adalah puncak dari kemenangan perang itu.

Patutnya sebagai seorang Muslim yang ingin meraih ke-ridhoan Alloh SWT, kita harus berlomba-lomba melakukan amalan-amalan sunnah Nabi pada Idhul Fitri. Selain kemenangan karena kembali fitri, kita juga bisa mendapatkan pahala yang berlimpah dengan sunnahNya ini.

Sekian pembahasan Macam-macam Sunnah Nabi pada Idhul Fitri, silahkan disebarluaskan, semoga membawa manfaat bagi kita semua.

Ayo bergabung dengan komunitas pondokislam.com dan dapatkan MP3 Al-Quran 30 Juz yang menyejukkan hati.