Kisah Ali bin Abi Thalib Dari Lahir Sampai Wafat [Complete] - CHEAP CAR INSURANCE
K

Kisah Ali bin Abi Thalib Dari Lahir Sampai Wafat [Complete]

9 Min Read
0 0

Kisah Ali bin Abi Thalib

Sejarah perkembangan agama Islam sangat menarik untuk dikulik dan dipelajari, salah satunya adalah kisah para tokoh dan sahabat Rasulullah yang terlibat dalam perjuangan menegakkan Islam. Perjuangan Rasulullah dalam membela agama Islam begitu menginspirasi para umatnya. Ribuan sahabat Rasulullah berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan mencapai ridha Allah SWT.

Ali
bin Abu Thalib merupakan salah satu dari ribuan pejuang Islam yang kisahnya
begitu menginspirasi dan patut untuk dicontoh. Ali bin Abu Thalib yang juga
sahabat Rasulullah ini berhasil meroketkan Islam ke negeri jauh di Persia,
hingga Afrika. Segudang prestasi yang membanggakan juga dimiliki oleh Ali bin
Abu Thalib, tak heran jika kisah kehidupannya begitu menarik perhatian.

Kelahiran dan Masa Kecil Ali Bin Abu Thalib

kisah kelahiran ali bin abi thalib

Ali
bin Abu Thalib merupakan putra dari pamannya Rasulullah yakni Abu Thalib. Ali
bin Abu Thalib juga berstatus kerabat dekat dari Rasulullah, beliau adalah
sepupu dari Rasulullah. Ali bin Abu Thalib lahir pada tanggal 13 Rajab di
Mekkah, tepatnya di daerah Hejaz, Jazirah Arab. Menurut sejarawan dan beberapa
kalangan ulama, Ali bin Abu Thalib lahir 10 tahun sebelum Rasulullah memulai
kenabiannya, yaitu pada sekitar tahun 599 atau 600 Masehi.

Ali bin Abu Thalib dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Fatimah binti Asad, Asad merupakan anak dari Hasyim. Hal tersebut menjadikan Alin bin Abu Thalib merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak serta ibu. Muslim Syiáh mempercayai bahwa Ali bin Abu Thalib dilahirkan di dalam Ka’bah.

Pada
awalnya, Ali bin Abu Thalib bernama asli Haydar bin Abu Thalib, yang memiliki
makna Singa yang berarti harapan keluarga Abu Thalib untuk memiliki penerus
yang menjadi tokoh pemberani serta disegani pada kalangan Quraisy Mekkah. Rasulullah
rupanya tak terlalu menyukai nama asli tersebut, lalu beliau memanggilnya
dengan nama baru yakni Ali, yang memiliki makna ÿang tertinggi derajatnya
disisi Allah”.

Lahirnya
Ali bin Abu Thalib ke dunia menjadi hiburan tersendiri bagi Rasulullah karena
beliau tidak memiliki anak laki-laki, kemudian uzur dan faqir nya keluarga Abu
Thalib memberikan kesempatan kepada Rasulullah Bersama sang istri, Kadhijah
guna mengasuh Ali dan menjadikannya sebagai putra angkat. Ali diasuh oleh
Rasulullah ketika berusia 6 tahun.

Diangkatnya
Ali bin Abu Thalib oleh Rasulullah ini sekaligus sebagai tanda balas jasa
kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Rasulullah sejak kecil hingga dewasa, hal
ini menjadikan semenjak kecil, Ali bin Abu Thalib ini telah hidup Bersama
dengan Rasulullah. Ali bin Abu Thalib sudah dianggap seperti anak kandung oleh
Rasulullah, beliau sangat menyayangi Ali.

Istri
Rasulullah, Khadijah juga sangat menyayangi Ali bin Abu Thalib. Ali memiliki
beberapa saudara yakni, saudara laki-lakinya Aqil dan Ja’far, sementara itu
saudara perempuannya yaitu Ummu Hani’serta Jumanah.

Rasulullah mengasuh Ali bin Abu Thalib hingga dewasa, selama itu banyak sekali pelajaran dan hal mulia yang yang diajarkan pada Ali. Ali bin Abu Thalib ini menjadi orang pertama yang masuk Islam sebelum sahabat-sahabat yang lainnya. Ali bin Abu Thalib mengakui kenabian Rasulullah ketika berusia 10 tahun. Sejak kecil, Ali sudah mengenal dan mempelajari agama Islam dengan baik

Kehidupan Masa Remaja dan Dewasa Ali bin Abi Thalib

Kehidupan Masa Remaja dan Dewasa Ali bin Abi Thalib

Sejak kecil, Ali bin Abi Tholib sudah hidup Bersama Rasulullah, tak heran jika nilai-nilai kebaikan sudah tertanam pada diri Ali sejak dirinya masih anak-anak. Ali bin Abi Thalib telah belajar Islam langsung dari Rasulullah, begitu banyak hal-hal yang telah dilaluinya Bersama dengan Rasulullah.

Manusia yang menginjak usia remaja pada umumnya mereka berada pada emosi tinggi dan sikap kelabilan, namun hal tersebut rupanya tidak tercermin pada kehidupan remaja Ali bin Abi Thalib. Ketika menginjak usia remaja, masa-masa Ali telah dihabiskan Bersama dengan Rasulullah serta menimba ilmu dalam agama Islam.

Ilmu
dan didikan yang didapatkan Ali bin Abu Thalib langsung dari Rasulullah ini mencakup
semua aspekislam, baik aspek zahir atau eksterior, dan batin atau interior,
atus sering disebut juga dengan tasawuf. Berkat didikan Rasulullah ini, Ali pun
tumbuh menjadi seorang pemuda yang berani, bijak, serta cerdas.

Masa-masa
remaja Ali bin Abi Thalib pun dilalui dengan penuh tantangan dan penggemblengan
dari Rasulullah. Ketika Ali bin Abi Thalib beranjak dewasa, ia pun kemudian
dinikahkan dengan putri dari Rasulullah, Fatimah Az Zahra, dari pernikahan
tersebut,mereka pun dikaruniai empat orang anak.

Empat
anak tersebut yaitu Hasan, Husein, Zainab, dan Ummu Kultsum. Dikisahkan sebelum
Rasulullah menerima Ali sebagai menantunya, beliau pernah menolak lamaran dari
sahabat yang berstatus kaya raya serta memiliki jabatan pada waktu itu, yakni
sahabat Abu Bakar As Shiddiqdan Umar bin Khatab.

Waktu
itu Rasulullah menolak pinangan dari kedua sahabat tersebut kepada putrinya
karena Malaikat Jibril dating kepada Rasulullah dan mengabarka bahwa Ali bin
Abi Thalib lah yang akan menikah dengan Fatimah Az Zahra, putri Rasulullah. Berdasarkan
pendapat ulama, Ali bin Abu Thalib menikah dengan Fatimah setelah peristiwa
perang Badar terjadi

Kisah Cinta Ali bin Abu Thalib dengan Fatimah Az Zahra

Pernikahan
Ali bin Abi Thalib dengan putri Rasulullah, Fatimah Az Zahra rupanya diwarnai
dengan berbagai kisah yang sungguh menggetarkan hati. Hati Ali bin Abi Thalib
tergetra ketika untuk pertama kalinya pada seorang wanita ketika Fatimah dengan
cekatan membasuh serta mengobati luka ayahnya, Rasulullah ketika terluka parah
setelah peperangan.

Melalui
momen itu, Ali bin Abi Thalib lalu bertekad untuk membulatkan niat guna melamar
Fatimah. Beliau tidak serta merta langsung mengajukan lamaran tersebut, melainkan
sebelumnya beliau telah berusaha keras serta tekun mengumpulkan uang untuk
membelikan mahar dan mempersunting putri Rasulullah.

Belum
genap jumlah uang Ali bin Abi Thalib, nasib malang menghampirinya. Rupanya
salah satu sahabat Rasulullah yang lainnya, yaitu Abu Bakar telah mendahuluinya
dan terlanjur melamar Farimah Az Zahra. Saat itu hancurlah hati Ali melihat
gadis pujaannya telah dipinang oleh laki-laki lain, namun Ali pun menyadari
jika saingannya ini memiliki kualitas iman dan Islam yang lebih tinggi daripada
dirinya.

Ali
memang sosok yang dikenal sebagai pribadi yang gagah dan berani, namun disisi
lain, beliau juga dikenal sebagai sosok yang miskin karena hidupnya telah
dihabiskan untuk berdakwah di jalan Allah, beliau tak terlalu mengutamakan harta.

Kesedihan
Ali pun segera terhapus lantaran beliau mengetahui Fatimah telah menolak
lamaran dari Abu Bakar. Namun, tak lama kemudian hati Ali kembali terguncang
kembali karena mendapat kabar ada sosok lain yang akan melamar Fatimah, sosok
tersebut yaitu orang terdekat Rasulullah, Umar bin Khatab.

Ali
bin Abi Thalib lagi-lagi hanya bisa pasrah menerima kenyataan pahit ini. Beliau
kembali tersadar karena tak mungkin bisa bersaing dengan Umar bin Khatab yang
begitu gagah perkasa. Sikap pasrah Ali pun akhirnya berbuah manis, kabar baik
pun kembali ia dapati, lagi-lagi Fatimah menolak lamaran yang diajukan oleh
Umar bin Khatab.

Meski telah mendapati kabar tersebut, Ali belum berani untuk mengambil sikap segera melaram Fatiman, beliau sangat sadar jika beliau hanyalah pemuda miskin yang tak memiliki banyak harta. Kemudian Ali pun berkata kepada Abu Bakar As-Siddiq, berikut petikan perkataan Ali kepada Abu Bakar:

“Wahai
Abu Bakar, Anda telah membuat hati saya goncang yang sebelumnya merasa tenang,
Anda telah mengingatkan sesuatu yang sudah aku lupakan, demi Allah, aku
menghendaki Fatimah, akan tetapi yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku
yaitu karena aku tidak memiliki apa-apa.”

Mendengar
perkataan Ali, Abu Bakar pun terharu, belialu lalu membalas perkataan Ali,
“Wahai Ali, jangan engkau berkata seperti itu, bagi Allah dan Rasul-Nya, dunia
beserta isinya ini hanyalah ibarat debu-debu bertaburan belaka!”

Setelah
mendengan pertkataan Abu Bakar, Ali pun merasa terdorong dan semakin percaya
diri untuk melamar gadis pujaanya, teman-temannya juga memberikan semangat dan
dorongan kepada Ali agar berani meminang Fatimah.

Lalu
datanglah Ali menemui Rasulullah, pada waktu itu Ali tidak langsung
menyampaikan niatnya tersebut pada Rasulullah. Ali hanya terdiam dan  merasa grogi, tak berani mengungkapkan apa
yang ada dalam isi hatinya.

Pada
akhirnya, Rasulullah yang pertama kali membuak pertanyaan kepada Ali bin Abi
Thalib, “Apakah engkau datang ingin melamar Fatimah?” tanya Rasulullah kepada
Ali. Mendengar pertanyaan tersebut, Ali pun baru bisa mengeluarkan suara dan
menjawabnya, “:Iya Rasulullah, aku ingin melamar Fatimah,”jawab Ali.

Namun,
kebingungan kembali melanda Ali, beliau bingung karena merasa tak memiliki
mahar yang cukup untuk melamar Fatimah, Rasulullah memang sungguh mulia, beliau
lalu tak memberatkan atau mempersulit hal tersebut. Kemudian beliau berkata
kepada Ali bahwa Ali memiliki baju besi yang dulu pernah diberikan oleh
Rasulullah.

Kemudian Rasulullah pun menyetujui baju besi tersebut untuk dijadikan sebagai mahar pernikahannya. Setelah segala persiapan telah matang, dengan perasaan yang gembira, Rasulullah mengucapkan kata-kata ijab Kabul pada pernikahan putrinya dengan Ali. Lalu menikahlah Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah.

Pertempuran yang Diikuti Ali bin Abu Thalib Bersama
Rasulullah

Sejak kecil, Ali diasuh oleh Rasulullah, hal itu membuat Ali menerima banyak pelajaran dan pengalaman yang berharga, termasuk keterlibatannya dalam peperangan. Hampir semua peperangan Ali ikuti, kecuali perang Tabuk, karena dalam perang tersebut mewakili Rasulullah untuk menjaga Kota Madinah, berikut perang yang telah Ali ikuti bersama Rasulullah:

  • Perang Badar

Perang
Badar terjadi pada tahun ke-2 setelah hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah.
Pada saat itu, jumlah umat Islam sekitar 313 orang yang berhadapan dengan
pasukan Quraisy yang berjumlah lebih banyak, yakni 1000 orang. Di kesempatan
ini, Ali yang masih muda benar0benar menjadi pahlawan di samping Hamzah bin
Abdul Muththallib, paman dari Rasulullah.

Pada
perang ini, Ali berhasil memusnahkan banyak pasukan Quraisy Mekkah.Para ulama
pun sepakan jika Ali telah menjadi bintang lapangan dalam peperangan ini pada
usia yang masih sangat muda, yaitu sekitar 25 tahun.

  • Perang
    Khandaq

Perang
ini terjadi pada tahun ke-5 H, ketika itu koalisi kafir Quraisy bersama Yahudi
Madinah telah berkumpul untuk mengepung Madinah dari berbagai sudut kota. Pada
perang ini, Ali pun kembali menunjukkan keberaniannya ketika memerangi Amar bin
Abdu Wud.

  • Perang
    Khaibar

Perang
ini terjadi pada tahun ke-8 H, perang Khaibar terjadi karena adanya
pengkhianatan orang-orang Yahudi setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat
perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dan Yahudi. Ketika perang ini
terjadi, orang-orang Yahudi bertahan di banteng Khaibar yang berdiri sangat
kokoh.

Ketika
para sahabat tak mampu membuka banteng Khaibar, Rasulullah pun bersabda: “Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan
diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan
baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan
Rasul-Nya”.

Seluruh sahabat berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan itu, ternyata Ali bin Abi Thaliblah yang mendapatkan kehormatan tersebut, dan beliau mampu menghancurkan banteng Khaibar.

Kehidupan Ali bin Abu Thalib Setelah Rasulullah Wafat

Ketika
Rasulullah wafat, kaum Muslimin tidak percaya akan adanya berita duka tersebut.
Rasulullah wafat sekitar 40 hari setelah haji Wada’tahun 11 H. Setelah wafatnya
Rasulullah, terdapat satu kisah yang masih menjadi polemic. Hampir semua pihak
telah sepakat mengenai riwayat Ali bin Abi Thalib yang ridha dengan
kekhilafahan Abu Bakar Ash-shiddiq.

Meski
begitu, terdapat perbedaan pendapat yang mulai Nampak ketika Syiáh berpendapat
adanya wasiat yang menyebutkan bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Rasulullah
wafat. Namun, Sunni tidak sependapat, sehingga ketika Ali dan Fatimah masih
berada dalam suasana yang duka, orang-orang Quraisy  bersepakat untuk membaiat Abu Bakar.

Pengangkatan
Abu Bakar ini sebagai khalifah yang pertama rupanya tak disetujui oleh
orang-orang yang mengaku cinta pada keluarga Rasulullah, yakni Ahlul Bait
beserta pengikutnya. Terdapat beberapa riwayat yang berbeda pendapat pada waktu
pembaiátan Ali bin Abu Thalib terhadap Abu Bakar sebagai khalifah pengganti
Rasulullah.

Ada
yang meriwayatkan setelah Rasulullah dimakamkan, namun ada juga yang beberapa
hari setelah itu. Riwayat yang terbanyak yakni 
Ali membaiát Abu Bakar setelah Fatimah meningga, yakni enam bulan
setelah Rasulullah meninggal, hal itu terjadi demi mencegah perpecahan umat.

Ada
yang menyatakan jika Ali belum pantas menjadi khalifah karena usianya yang
tergolong masih muda, namun ada juga yang menyatakan jika kekhalifahan dan
kenabian sebaiknya tak berada di tangan Bani Hasyim.

Kisah
kehidupan Ali bin Thalib sebagai khalifah, bermula pada peristiwa pembunuhan
terhadap Khalifah Utsman bin Affan yang mengakibatkan kegentingan di seluruh
dunia Islam. Pemberontak yang kala itu menguasai Madinah, tak memiliki pilihan
lain selain Ali bin Abu Thalib diangkat sebagai Khalifah.

Ketika
itu, Ali berusaha untuk menolaknya, namun Zubair bin Awwam dan Talhah bin
Ubaidillah radhiyallahu anhum ajmaín memaksa beliau untuk tidak menolaknya, sehingga
Ali pun menerima baiát mereka. Ali menjadi satu-satunya khalifah yang dibaiát
secara massal, dikarenakan khalifah yang sebelumnya dipilih melalui cara
berbeda-beda.

Wafatnya Ali bin Abu Thalib

Ali
bin Abi Thalib menjadi sosok yang memiliki banyak prestasi dan kemahiran dalam
bidang militer, serta berbakat dalam strategi perang. Pada akhirnya beliau
berhasil keluar dari berbagai permasalahan setelah mengalami kesulitan, yang
disebabkan kekacauan luar biasa yang terjadi semenjak zaman Utsman hingga
berlanjut pada zamannya.

Ali
bin Abu Thalib pun akhirnya tutup usia pada usia yang ke-63. Kematiannya ini
disebabkan karena pembunuhan oleh Abdurrahman bin Muljam, seseorang yang
berasal dari golongan Khawarij, pada saat mengimami shalat subuh di Masjid
Kufah. Ali terluka oleh pedang yang diracuni oleh Abdurrahman bin Muljam ketika
Ali sedang bersujud saat menuaikan ibadah shalat subuh.

Kejadian
itu berlangsung pada tanggal 19 Ramadhan, serta Ali mengembuskan nafas
terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah atau 29 Januari 661.
Sebagian kalangan memiliki pendapat jika Ali dikuburkan secara rahasia di
Najaf. Namun, ada juga riwayat yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib dikubur
di tempat yang lainnya.

Itulah kisah hidup Ali bin Abi Thalib yang memiliki segudang prestasi dan keteguhan dalam memperjuangkan agama Islam. Dalam kisah tersebut tentu banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa diambil agar menjadi kaum Muslim yang lebih baik dan berkualitas.

Sekian pembahasan Kisah Ali bin Abi Thalib, silahkan disebarluaskan, semoga membawa manfaat bagi kita semua.

Ayo bergabung dengan komunitas pondokislam.com dan dapatkan MP3 Al-Quran 30 Juz yang menyejukkan hati.

Categorized in:

Trả lời